Prolog
Hampir gelap, namun ia masih berusaha membuka lembarannya. Kemudian menggenggam penanya lemah, seraya meringkuk di sudut ruangan. Mengacuhkan tulang –tulangnya yang kedinginan oleh angin. Ia berpikir sejenak, kemudian beralih dan mulai menggerakkan penanya..
13 Januari 1985
Aku sangat merindukan mom dan Stella. Mungkin sudah lebih dari lima hari aku tidak di rumah, dan aku masih tidak tahu ada di mana. Kemarin orang itu membawa seorang gadis lagi. Ia menguliti kedua kakinya, dan daging berceceran di mana-mana. Bau darah membuatku mual, namun jika aku muntah, orang itu akan memukuliku lagi. Orang itu tertawa keras-keras saat korbannya berteriak kesakitan. Sampai akhirnya gadis itu mati keharbisan darah.
Aku masih ingat tatapan memelasnya...
Gerendel pintu berderak. Sosok mungil di sudut ruangan tersentak mendekap hartanya. Saat pintu terbuka, seorang lelaki muncul ke dalam kegelapan. Melempar beban yang tadi dipanggulnya. Sebuah karung besar yang menggeliat ketakutan. Di sudut ruangan, sosok lain gemetar, menyaksikan orang itu membuka bingkisannya.
Seorang gadis yang lain, dibekap dan tanpa daya. Matanya memandang sosok mungil di sudut ruangan dengan ketakutan.
Tepat seperti tatapan kematian empat gadis lain sebelumnya...
Lelaki itu menjentikkan mata pisaunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar